Senin, 04 November 2013

Contoh Keterampilan Menyimak dalam Pembelajaran



1. Menyimak Berita
Berita merupakan laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita yang lengkap selalu memuat jawaban atas pertanyaan apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Penyampaian berita dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, baik langsung maupun melalui berbagai media.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menyimak, kompetensi yang akan dicapai melalui pembelajaran menyimak berita adalah agar mahasiswa mampu mendengarkan siaran atau informasi dari media elektronika atau pembacaan teks dan memberikan tanggapan. Indikator pencapaiannya adalah mahasiswa mampu (1) mencatat pokok-pokok isi berita, (2) mengajukan pertanyaan tentang isi berita, (3) menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi berita, dan (4) mengungkapkan kembali isi berita yang didengar dalam beberapa kalimat secara runtut. 
Untuk pembelajaran menyimak, berita dapat diambil dari siaran (langsung) radio/televisi, atau dapat dibacakan di kelas.
Berikut dipaparkan salah satu model kegiatan pembelajaran menyimak berita.
(1)   Dosen bertanya jawab dengan mahasiswa tentang berita hangat hari itu dengan berpedoman pada 5 W + 1 H (what, who, where, whem, why, how).
(2)   Dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh jika mahasiswa menguasai kompetensi tersebut.
(3)   Dosen menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(4)   Dosen membagi mahasiswa dalam kelompok-kelompok.
(5)   Mahasiswa mendengarkan rekaman/pembacaan berita radio/televisi.
(6)   Mahasiswa mencatat pokok-pokok isi berita.
(7)   Mahasiswa membuat pertanyaan mengenai isi berita.
(8)   Mahasiswa menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lain.
(9)   Mahasiswa mengungkapkan kembali secara tertulis isi berita.
(10) Mahasiswa bersama dosen menyimpulkan cara efektif menyimak berita.
(11) Refleksi.

2. Menyimak Khotbah
Khobah merupakan salah satu jenis pidato yang terutama menguraikan ajaran-ajaran agama. Karena itu, bahasa khotbah bersifat persuasif.
Kompetensi dasar yang akan dicapai melalui pembelajaran menyimak khotbah adalah mahasiswa mampu menyimak khotbah dengan indikator pencapaian kompetensi mahasiswa mampu (1) mencatat pokok-pokok isi khotbah yang didengarkan, (2) menuliskan pokok-pokok isi khotbah dalam beberapa kalimat, dan (3) menyampaikan secara lisan ringkasan isi khotbah. 
Contoh Model Kegiatan Pembelajaran:
(1)     Dosen menunjukkan gambar peristiwa khotbah.
(2)     Dosen menanyakan apa saja yang didapatkan dari sebuah khotbah.
(3)     Dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh jika mahasiswa menguasai kompetensi tersebut.
(4)     Dosen menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(5)     Dosen memperdengarkan rekaman khotbah.
(6)     Mahasiswa mencatat pokok-pokok isi khotbah melalui identifikasi kata kunci dan kalimat topik.
(7)     Mahasiswa secara berkelompok berdiskusi untuk menentukan pokok-pokok isi khotbah.
(8)     Setiap kelompok menuliskan pokok-pokok isi khotbah dalam beberapa kalimat.
(9)     Wakil setiap kelompok menyampaikan ringkasan khotbah secara lisan.
(10)   Kelompok lain menilai dengan menggunakan rubrik yang sudah dipersiapkan.
(11)   Dosen dan mahasiswa mengukuhkan simpulan cara efektif menyimak khotbah dan cara menyimpulkan isi khotbah.
(12)   Refleksi.

3. Menyimak Puisi
Ada banyak hal yang dapat diperoleh ketika seseorang mendengarkan pembacaan puisi. Dengan mendengarkan puisi rasa keindahan bertambah tajam, sikap berempati dan bersimpati berkembang, pengetahuan dan pengalaman bertambah luas, dan pembaca dapat merefleksikan hasil pembacaan itu dalam berbagai bentuk, seperti menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam puisi.
Berikut dipaparkan salah satu model pembelajaran mendengarkan puisi untuk mencapai kompetensi dasar mendengarkan puisi yang disampaikan secara langsung dan mengungkapkan unsur-unsur di dalamnya yang indikator pencapaiannya adalah mahasiswa mampu: (1) menentukan tema puisi yang dibacakan, (2) mengungkapkan makna yang terkandung dalam puisi yang dibacakan, dan (3) mengungkapkan pesan dalam puisi yang dibacakan.
Contoh model kegiatan pembelajarannya sebagai berikut.
(1)   Dosen bertanya jawab dengan mahasiswa tentang masalah yang berkaitan dengan puisi.
(2)   Dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh jika mahasiswa menguasai kompetensi tersebut.
(3)   Dosen menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(4)   Mahasiswa mendengarkan model pembacaan puisi.
(5)   Salah seorang mahasiswa membacakan puisi.
(6)   Mahasiswa lain mengomentari pembacaan puisi.
(7)   Mahasiswa secara berkelompok berdiskusi untuk menentukan tema, makna, dan pesan yang terkandung dalam puisi disertai data yang mendukung.
(8)   Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya dalam selembar karton dan menempelnya di dinding.
(9)   Setiap kelompok menilai hasil diskusi kelompok lain dan menentukan mana yang paling baik.
(10) Dosen dan mahasiswa mengukuhkan simpulan cara menemukan tema, makna, dan pesan puisi yang disimak.
(11) Refleksi.

4. Menyimak Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat yang diwariskan secara lisan. Dongeng, mite, legenda, fabel, dan parabel adalah contoh-contoh cerita rakyat.
Di dalam pembelajaran menyimak, bahan simakan yang berupa cerita rakyat dapat berupa penyajian secara langsung, dibacakan, atau melalui rekaman.
Adapun tujuan pembelajaran menyimak cerita rakyat adalah: mahasiswa mampu mendengarkan cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan mengungkapkan unsur-unsur di dalamnya. Ketercapaian tujuan tersebut ditandai oleh indikator: mahasiswa mampu (1) menentukan isi atau amanat yang terdapat di dalam cerita, dan (2) mengutarakan secara lisan amanat dalam cerita rakyat dengan memperhatikan pelafalan kata dan kalimat yang tepat 
Contoh model penyajiannya sebagai berikut.
(1)   Mahasiswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada kaitannya dengan tema cerita rakyat yang akan diperdengarkan.
(2)   Dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh jika mahasiswa menguasai kompetensi tersebut.
(3)   Dosen menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(4)   Mahasiswa mendengarkan pembacaan cerita rakyat oleh dosen.
(5)   Mahasiswa secara berkelompok membuat pertanyaan tentang cerita rakyat yang baru saja diperdengarkan.
(6)   Mahasiswa menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lain.
(7)   Mahasiswa secara berkelompok menentukan amanat cerita rakyat yang diperdengarkan dengan bukti yang mendukung.
(8)   Wakil dari setiap kelompok mahasiswa menyampaikan amanat cerita rakyat secara lisan dan mahasiswa dari kelompok lain memberikan penilaian dengan menggunakan rubrik yang telah disiapkan untuk menentukan yang terbaik.
(9)   Refleksi.

5. Menyimak Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab antara pewawancara dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Di dalam wawancara, pewawancara membimbing arah percakapan melalui serangkaian pertanyaan.
Tujuan pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan mahasiswa dalam menerima atau mencari informasi. Karena itu, menyimak wawancara dapat diarahkan pada upaya menemukan pokok-pokok pembicaraan dalam wawancara dan membuat rangkuman isi pembicaraan dalam beberapa kalimat.
Pembelajaran menyimak wawancara dapat dilakukan secara langsung, atau dari rekaman kaset atau video.
Salah satu model penyajiannya sebagai berikut.
(1)   Mahasiswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada kaitannya dengan tema wawancara yang akan disaksikan.
(2)   Dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh jika Mahasiswa menguasai kompetensi tersebut.
(3)   Dosen menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(4)   Mahasiswa mendengarkan wawancara antara dosen dan kepala sekolah mengenai topik tertentu.
(5)   Mahasiswa mencatat pokok-pokok isi wawancara.
(6)   Mahasiswa menuliskan rangkuman isi wawancara.
(7)   Mahasiswa menyampaikan hasil rangkumannya secara lisan dan ditanggapi oleh mahasiswa lain.
(8)   Mahasiswa bersama Dosen menyimpulkan cara menyimak wawancara yang baik.
(9)   Refleksi.

Keterkaitan Antara Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Lainnya



Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing-masing memiliki ciri tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain.  Misalnya pembelajaran membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca dapat juga meningkatkan keterampilan menulis. Contoh lain belajar menemukan ide-ide pokok dalam menyimak juga meningkatkan kemampuan menemukan ide-ide pokok dalam membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun bahasa tertulis pada dasarnya sama
Dalam proses komunikasi, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis penting. Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang dipahami dalam bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa yang cukup luas akan dapat mengungkapkan maksudnya dan memahami maksud orang lain dengan mudah.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.

1.      Keterkaitan antara Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan, dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian atau doa, komunikasi yang diucapkan merupakan hal utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan berbahasa lisan. Keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol- simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka pahami, tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Roe, 1990: 11).

2.      Keterkaitan antara Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain. Baik dalam menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan penyandian simbol-simbol ; menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis.
Penyandian kembali simbol-simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika seorang anak menyimak kalimat “Nanti Ibu belikan bola”, anak mengubungkan dengan alat permainan yang digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata bola yang disimaknya. Penyandian kembali simbol-simbol tertulis (membaca) melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Ketika membaca bola, anak mengucapkan atau mengucapkan dalam hati kata tersebut. Selain itu menghungkannya dengan benda yang digunakan untuk bermain sepak bola. Oleh karena itu keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya.
Mengajar anak-anak menangkap ide-ide pokok, detail, urutan, hubungan sebab akibat, mengevaluasi secara kritis, dan menangkap elemen-elemen lain dari pesan-pesan secara lisan dapat mempengaruhi kemampuan anak-anak membaca guna menangkap elemen-elemen yang sama seperti ketika mereka menyimak. Penambahan sebuah kata dalam kosa kata yang disimak anak-anak meningkatkan kemungkinan mereka dapat menafsirkan arti kata tersebut jika mereka membacanya (Ross dan Roe, 1990: 12). Contoh, seorang anak yang dapat memahami kata “bermain” ketika menyimak cerita gurunya, juga dapat memahami ketika menjumpai kata tersebut dalam bacaan.

3.               Keterkaitan antara Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Menulis  
Sewaktu menulis, seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan. Sedangkan dari sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi dan obrolan. Jika dari sumber tercetak informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak diperoleh informasi itu dengan menyimak.
Di dalam perkuliahan, seorang mahasiswa membuat saat dia menyimak penjelasan dosen. Demikian halnya seorang penulis, dia harus pandai-pandai menyimak suatu informasi yang baru sebagai bahan tulisannya. Melalui menyimak suatu informasi yang baru sebagai bahan tulisannya. Melalui menyimak ini penulis tidak hanya memperoleh idea tau informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik hatinya, yang akan berguna untuk aktifitas menulisnya (Suparno, 2004 : 1.7).

Jenis-jenis Keterampilan Menyimak



Menyimak ada berbagai macam jenis. Namun beberapa jenis tersebut dibedakan berdasarkan kriteria tertentu, yakni berdasarkan sumber suara, berdasarkan bahan simak, dan berdasarkan pada titik pandang aktivitas menyimak.


1)     Berdasarkan Sumber Suara

Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak antarpribadi.

Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening.

Sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut interpersonal listening.


2)     Berdasarkan Cara Penyimakan

Berdasarkan cara penyimakannya, menyimak dibagi menjadi dua ragam, yakni menyimak intensif dan menyimak ekstensif.

  1. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Dengan cara menyimak yang intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian, ketelitian, dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas bahan simakannya. Jenis menyimak seperti ini dibagi atas beberapa jenis, yaitu :

  • Menyimak kritis, bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. Contoh: orang yang menghadiri seminar akan memberikan tanggapan terhadap isi seminar.
  • Menyimak introgatif, merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak. Contoh: seseorang yang diinterogasi oleh polisi karena telah melakukan kejahatan.
  • Menyimak penyelidikan, yakni sejenis menyimak dengan tujuan menemukan. Contoh: seorang yang masih diduga telah membunuh orang lain sedang diselidiki oleh polisi dengan mengutarakan beberapa pertanyaan yang harus di jawab. Maka polisi melakukan menyimak penyelidikan saat sang tersangka menjawab pertanyaannya.
  • Menyimak kreatif, mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
  • Menyimak konsentratif, merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik. Contoh: saat mahasiswa melaksanakan tes toefl sesi listening, ia melakukan simak konsentratif agar dapat memahami maksud sang pembicara dengan tepat.
  • Menyimak selektif, yakni kegiatan menyimak yang dilakukan dengan menampung aspirasi dari penutur / pembicara dengan menyeleksi dan membandingkan hasil simakan dengan hal yang relevan. Contoh: menyimak acara televisi dan memilah-milah mana yang boleh ditonton oleh anak kecil dan mana yang dilarang.
2. Menyimak Ekstensif


Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat:

  • Menyimak sekunder, yakni sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.

Contoh : Ahmad sedang mencuci motor tanpa sadar ia mendengar Ibunya bercerita di teras dengan tetangganya.

  • Menyimak estetik, yakni penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.
  • Menyimak pasif, merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak.

Contoh : Tukang Becak yang biasa mengantar turis secara tidak langsung pandai berkomunikasi menggunakan bahasa asing.

  • Menyimak sosial, berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang.

3)     Berdasarkan Titik Pandang Aktivitas Menyimak

Menyimak Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:

1. Kegiatan Menyimak Bertarap Rendah
Kegiatan menyimak bertaraf rendah berupa penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening.

Contoh: siswa yang sedang mendengarkan penjelasan dari guru, yang hanya menunjukkan respon mengangguk, tersenyum, dan sebagainya. 

2. Kegiatan Menyimak Bertaraf Tinggi

Aktivitas menyimak yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active listening.

Contoh: setelah siswa menerima pembelajaran, secara bergantian siswa mengutarakan apa yang didapatnya pada hari itu.


4)     Berdasarkan Taraf Hasil Simakan

Berdasarkan taraf hasil simakan, terdpat beberapa ragam, antara lain:

1. Menyimak Terpusat
Menyimak terpusat adlah menyimak suatu aba-aba atau perintah untuk mengetahui kapan harus ulai melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.

Contoh: ketika belajar membuat kue, saya selalu mendengarkan intruksi dari ibu kapan saya harus memasukkan telur, kapan harus memengeluarkan adonan dari oven, dan sebagainya.

2. Menyimak untuk Membandingkan

Penyimak menyimak pesan tersebut kemudian membandingkan isi pesan tersebut dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.

Contoh: kemarin sore, saya mendengarkan siaran berita yang memberitakan seorang siswa MAN yang kepergok membawa minuman kers ke sekolah. Setelah mendengar itu, saya kemudian membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan saya bahwa siswa MAN adalah siswa yang dikenal religi. Tapi hal ini berlawanan dengan berita yang saya dengarkan. Maka saya membandingkannya.

3. Menyimak Organisasi Materi
Yang dipentingkan oleh penyimak disini ialah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembaca, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.

Contoh: saya mengikuti seminar proposal skripsi teman saya, berarti saya telah melakukan kegiatan menyimak organisasi materi karena saya tahu ide-ide yang disampaikannya.


4. Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan berar dan ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.

Contoh: ketika mangikuti seminar proposal skripsi, karena ada hal yang kurang bisa diterima dan dimengerti, maka saya meminta pada nara sumber untuk menjelaskan maksudnya.


5. Menyimak Kreatif dan Apresiatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatit para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.

Contoh: suatu saat saya mendengarkan acara TV “hidup ini indah”. Setelah menyimak acara tersebut, saya jadi terinspirasi untuk menjadi seorang wirausaha sukses.


5)     Berdasarkan tujuan menyimak

Ada enam macam ragam menyimak berdasarkan tujuan menyimak, yakni:

1. Menyimak Sederhana
Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau percakapan melalui telepon.

2. Menyimak Deskriminatif
Menyimak untuk membedakan suara atau perubahan suara.

Contoh: orang yang marah mengeluarkan nada suara yang berbeda dengan orang yang sedang bergembira.


3. Menyimak Santai
Menyimak untuk tujuan kesenangan.

Contoh: menyimak film, drama, komedi, dan sebagainya.


4.Menyimak Informatif
Menyimak untuk mencari informasi.

Contoh: menyimak siaran berita, menyimak pengumuman, dan sebagainya.

5. Menyimak Literatur
Menyimak untuk mengorganisasikan gagasan.

Contoh: membahas hasil penemuan.
  
6. Menyimak Kritis
Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara.

Contoh: dalam debat terbuka, ada dua pihak yang saling meminta kebenaran atas topik yang dibahas.


6)     Berdasarkan tujuan khusus

Ada tujuh ragam menyimak berdasarkan tujuan khusus, yakni:

1. Menyimak untuk Belajar
Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Contohnya: siswa yang menyimak penjelasan guru.

2. Menyimak untuk Menghibur
Penyimak menyimak untuk menghibur dirinya. Contohnya: menyimak film, drama komedi, dan sebagainya.

3. Menyimak untuk Menilai
Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian mengkaji, menguji, dan membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Contoh: menyimak fakta yang disiarkan di berita TV.

4. Menyimak Apresiatif
Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan. Contoh: menyimak pembacaan puisi, cerpen, drama, dsb.

5. Menyimak untuk Mengomunikasikan Ide dan Perasaan
Penyimak memahami, merasakan gagasan, ide, dan perasaan pembicara. Contoh: orang yang sedang mendengarkan curahan hati sahabatnya.


6. Menyimak Deskriminatif
Menyimak untuk membedakan suara atau bunyi. Contoh: perbedaan suara orang yang sedang bergembira dan orang yang sedang marah.


7. Menyimak Pemecahan Masalah
Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembaca. Contoh: seorang psikolog yang mendengarkan keluhan pasiennya dan berusaha memberikan solusi terhadap masalah pasien tersebut.